Guru berstatus honorer atau PNS hanya dibedakan dari nominal penghasilan. Beban kerja dan tanggung jawab tak ada beda.
Dilansir dari KaltimPost. com
BARU selesai sidang seminar hasil, Lea Maulinda
sudah ditawari untuk menjadi guru bimbingan konseling (BK) di sekolahnya dulu, SMA 2 Sebulu, Kutai
Kartanegara. Setelah sah mendapat gelar sarjana pendidikan meski belum wisuda, Agustus lalu dia resmi
menjadi tenaga pengajar di sana.
Menjadi tenaga honorer, Lea menerima upah Rp
750 ribu per bulan. Dibayar per tiga bulan sekali.
“Ya saya jalani dulu karena belum ada pekerjaan.
Lagi pandemi juga kan, orang cari kerja. Meski
honorer enggak seberapa. Saya cari pengalaman
dulu,” ungkapnya.
Upah yang dia terima tersebut
tercatat sebagai honor sekolah. Di
tempat dia bekerja, ada 45 guru termasuk staf lainnya. Terdapat 24 guru
pegawai negeri sipil (PNS), 19 honorer provinsi, dan 2 honorer sekolah.
Jika guru mata pelajaran melakukan pengajaran online atau dari
rumah, begitu juga Lea. Dia melayani bimbingan online. Baik dari
murid hingga guru. Termasuk menjembatani wali kelas. “Jadi misal
wali kelas butuh bantuan, kadang
ada juga murid yang diminta ke
sekolah begitu,” ujarnya.
Meski masih sangat baru, dia
mengatakan jika ingin memiliki
pekerjaan dengan jenjang karier
jelas. Dan tentunya berimbas pada
penghasilannya. Selain mencoba
kesempatan untuk mengikuti tes
CPNS, Lea ingin melanjutkan studi
ke jenjang S-2.
“Sehingga ilmunya bisa lebih
lagi. Dan sejauh ini terkait itu juga
mandiri sih, kayak ikut workshop
atau pelatihan online terkait latar
belakang pendidikan saya, untuk
upgrade ilmu,” jelasnya.
Komentar lain datang dari Anis
Sudarwati, ibu anak tiga ini merupakan honorer guru SMA sejak 2007.
Sebelum mengajar di SMA 2 Sebulu,
Anis bertugas di SMA Manunggal
Daya. Alumnus Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Bahasa
Inggris Widyagama Mahakam Samarinda itu juga ditawari untuk
mengajar. Dia merasa terpanggil
sebagai guru.
“Saya lupa berapa upah pertama
itu, sekitar Rp 300 ribuan atau Rp
500 ribuan itu. Tapi sekarang alhamdulillah sudah Rp 3 juta, karena
honorer provinsi. Ya bersyukur, alhamdullillah,” ungkap perempuan
kelahiran 1980 itu.
Dibayar per tiga bulan sekali.
Diungkapkan bahkan pernah 9 bulan baru upahnya dibayar. Itu yang
menurutnya paling lama. Namun
sekarang ketika sudah menjadi honorer provinsi, dibayar per bulan.
Ketika menerima tawaran guru
honorer dengan upah tersebut, Anis
menyebut bahwa tidak terlalu dipermasalahkan. Sebab, dia masih
tinggal dengan orangtua. Sehingga
tidak memiliki beban untuk biaya tempat tinggal kala itu. “Jadi,
gaji segitu saya rasa cukup saja,”
ujarnya.
Disebutkan jika sebelumnya memang tidak terpikirkan untuk menjadi guru. Setelah lulus SMA, Anis
tak langsung kuliah. Hingga pada
2004, dia tercatat sebagai mahasiswi
FKIP Bahasa Inggris di Widyagama.
Setelah itu, dia lalu mantap ingin
menjadi guru.
Meski sebelumnya upah honorer
yang diterima sedikit, dia merasa
tidak ingin mencari pekerjaan
lain. Tidak terpikirkan. Namun,
dia memiliki pekerjaan sampingan, membuka warung kelontong
di rumahnya.
“Ketika pindah mengajar ke
tempat sekarang itu dulu gajinya
balik lagi, jadi Rp 500 ribuan waktu
2011 itu. Sampai Rp 750 ribu, baru
ada yang kebijakan baru itu yang
dipegang provinsi jadi Rp 1,5 juta
sekitar 2017,” paparnya.
Diungkapkan Anis status honorer dan PNS hanya dibedakan dari
nominal penghasilan. Selebihnya
sama. Beban dan tanggung jawabnya. Termasuk pelatihan guru
mata pelajaran (mapel), semua guru
mengikuti.
“Saya kan guru mapel Bahasa Inggris. Jadi akhir tahun itu biasanya
ada pelatihan, nah saya diikutkan.
Saya sudah berapa kali ikut pelatihan itu. Dan 2019 ini saya sudah
sertifikasi PPG (program pendidikan profesi guru) juga,” ujarnya.
Dia menyebut jika pekerja honorer juga tidak kalah rajinnya dengan
yang PNS. Tidak ada beda dari segi
jenis pekerjaan untuk urusan mendidik. “Kalau pun saya mau ikut
tes CPNS juga tidak bisa, umurnya
sudah lewat. Itu juga (yang jadi perhatian). Kami ada yang puluhan
tahun honorer,” paparnya.
Selama 13 tahun mengabdi sebagai honorer, dia tidak minta terlalu
muluk. Sebagai guru honor provinsi,
dia bersyukur. Agar dapat diakomodasi lagi. Pemenuhan hak. Namun,
juga dia berharap agar guru lainnya
bisa serupa, mendapat penyetaraan
gaji. Sehingga kesejahteraan yang
merata.
Berita
GALERI
Data galeri tidak ada